tag:blogger.com,1999:blog-10441851232819496922024-03-19T11:31:11.379-07:00Ikhlas BeramalDalam blog ini kita akan sama-sama belajar dan memperdalam berbagai ilmu agama yang bermanfaat untuk kita di dunia dan akhirat, amien.Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-63851240576597677072013-07-24T11:56:00.001-07:002013-07-24T12:11:24.573-07:00Tuntunan Qiyamul Lail Dan Shalat Tarawih<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg14rwPrawC4cKJX0nfMad41FK9DkiMoA3xvDqNrdPGyPHekbymvAjt4J-NfZ-gvA_Jg2hA6zCjrTIfIRk7eQcv11NqoeAVrOe8LEkVdmtclHuPs_6VQW5vEJrgRAzr34xbpMlOgASGPfuQ/s1600/ramadhan-allah-islamic-ramadan-kareem-700188.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg14rwPrawC4cKJX0nfMad41FK9DkiMoA3xvDqNrdPGyPHekbymvAjt4J-NfZ-gvA_Jg2hA6zCjrTIfIRk7eQcv11NqoeAVrOe8LEkVdmtclHuPs_6VQW5vEJrgRAzr34xbpMlOgASGPfuQ/s320/ramadhan-allah-islamic-ramadan-kareem-700188.jpg" width="320" /></a></div>
Definisi Qiyamul Lail dan Sholat Tarwih<br />
Secara umum sholat di malam hari setelah sholat ‘Isya sampai subuh
disebut Qiyamul Lail. Di dalam Al-Qur`an Al-Karim, Allah Subhanahu
berfirman :<br />
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di
malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih<br />
dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil : 1-4)<br />
Dan sholat di malam hari juga disebut sholat Tahajjud. Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman : “Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu:<br />
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”. (QS. Al-Isra` : 79)<br />
Tahajjud secara bahasa adalah bermakna membuang tidur. Berkata Imam
Ath-Thobary : “Tahajjud adalah begadang setelah tidur” kemudian beliau
membawakan beberapa nukilan dari<br />
ulama Salaf tentang hal tersebut.<br />
Adapun sholat Tarawih, definisinya adalah Qiyamul Lail secara berjama’ah
di malam Ramadhan. Menurut keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Syaikh
Ibnu ‘Utsaimin, dinamakan Tarawih –yang<br />
dia merupakan kata jamak dari tarwihah yang bermakna ditebalkan-
dikarenakan pada awal kali pelaksanaannya orang-orang memperpanjang
berdiri, rukuk dan sujud, apabila telah selesai<br />
empat raka’at dengan dua kali salam maka mereka beristirahat kemudian
sholat empat raka’at dengan dua kali salam lalu beristirahat kemudian
sholat tiga raka’at sebagaimana dalam hadits<br />
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat Al-Bukhary dan Muslim :<br />
“Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tidaklah
menambah pada (bulan) Ramadhan dan tidak pula pada selain Ramadhan lebih
dari sebelas raka’at. Beliau sholat empat (raka’at)<br />
jangan kamu tanya tentang baiknya dan panjangnya, kemudian beliau sholat
empat (raka’at) jangan kamu tanya tentang baiknya dan panjangnya
kemudian beliau sholat tiga (raka’at)”.<br />
Dan perlu diketahui bahwa penamaan sholat lail di malam Ramadhan dengan
nama Tarawih adalah penamaan yang sudah lama dan di kenal dikalangan
para Ulama tanpa ada yang<br />
mengingkari. Perhatikan bagaimana Imam Al-Bukhary (Wafat tahun 256 H)
dalam Shohih-nya menulis kitab khusus dengan judul Kitab Sholat
At-Tarawih dan demikian pula Muhammad bin<br />
Nashr Al-Marwazy (Wafat tahun 294 H) dalam Mukhtashor Qiyamul Lail.
Demikian pula disebut oleh para Ulama lainnya, abad demi abad tanpa ada
yang mengingkarinya.<br />
Karena itu alangkah sedikit pemahaman agama sebahagian orang di zaman
ini yang mengingkari penamaan sholat lail di malam Ramadhan dengan nama
sholat Tarawih, dan lebih menakjubkan<br />
lagi, ada sebahagian orang tanpa rasa malu menganggap bahwa sholat Tarawih adalah bid’ah.<br />
Nas`alullaha As-Salamata Wal ‘Afiyah.<br />
Baca : Fathul Bari 3/3, 4/250, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah
karya Syaikh Ibnu Baz 11/317-318, Asy-Syarh Al-Mumti’ 4/12-13 dan Majmu’
Fatawa wa Rasa`il Syaikh Ibnu ‘Utsaimin 14/210.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fadhilah dan Keutamaan Qiyamul Lail dan Sholat Tarwih<br />
Secara umum Qiyamul lail adalah perkara yang sangat dianjurkan dalam
syari’at Islam. Berikut ini beberapa dalil selain dari beberapa ayat
yang telah disebutkan di atas :<br />
Allah Ta’ala berfirman :<br />
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Kami, adalah
orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka
menyungkur sujud dan bertasbih serta<br />
memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan
rasa takut dan harap, dan mereka<br />
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajadah : 15-16)<br />
Dan Allah Jalla Tsana`uhu menjelaskan diantara sifat hamba-Nya :<br />
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman
(surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan
kepada mereka oleh Tuhan mereka.<br />
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat
baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”<br />
(QS. Adz-Dzariyat : 15-17)<br />
Dan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Muslim,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Seutama-utama puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) Bulan Allah
Muharram dan seutama-utama sholat setelah (sholat) fardhu adalah sholat
lail.”<br />
Dalam hadits ‘Amr bin ‘Abasah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Sedekat-dekat keberadaan Allah terhadap seorang hamba adalah para
pertengahan malam terakhir. Maka kalau engkau mampu termasuk dari orang
mengingat Allah pada saat itu maka hendaknya engkau termasuk (darinya)”
(HR. At-Tirmidzy 5/569/3578, An-Nasa`i 1/279, Ibnu Khuzaimah 1/182/1147,
Al-Hakim 1/453, Al-Baihaqy 3/4 dan dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam
Al-Jami’ Ash-Shohih 2/171)<br />
Dan sholat lail termasuk penyebab seseorang terhindar dari fitnah, sebagaimana dalam hadits Ummu Salamah riwayat Al-Bukhary :<br />
“Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam terbangun pada suatu
malam lalu beliau bersabda: “Subhanallah, apa yang diturunkan malam ini
berupa fitnah dan apa yang dibuka dari berbagai<br />
perbendaharaan, bangunkanlah (para perempuan) pemilik kamar karena
kadang (perempuan) berpakaian di dunia tetapi telanjang di akhirat”.”<br />
Dan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata :<br />
“Sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melakukan
Qiyamul lail sampai pecah-pecah kedua kaki beliau maka saya bertanya :
“Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah padahal Allah telah
mengampuni apa telah berlalu dari dosamu dan apa yang akan datang?” maka
beliau menjawab : “Tidakkah saya cinta untuk menjadi hamba yang
bersyukur”.”<br />
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Allah merahmati seorang lelaki yang terbangun di malam hari lalu sholat
dan membangunkan istrinya, kalau dia enggan maka ia memercikkan air ke
wajahnya. Allah merahmati seorang perempuan bangun di malam hari lalu
sholat dan membangunkan suaminya, kalau dia enggan maka ia memercikkan
air ke wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308, 1450, An-Nasa`i 3/205, Ibnu
Majah no. 1336, Ibnu Khuzaimah 2/183/1148, Ibnu Hibban 6/306/2567
-Al-Ihsan-, Al-Hakim 1/453 dan Al-Baihaqy 2/501. Dan dishohihkan oleh
Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/172)<br />
Dan khusus tentang sholat lail di malam Ramadhan, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam telah menjelaskan keutamaannya dalam
sabdanya :<br />
“Siapa yang Qiyam Ramadhan (berdiri sholat di malam Ramadhan) dengan
keimanan dan mengharap pahala maka telah diampuni apa yang telah lalu
dari dosanya” (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.)<br />
Berkata Imam An-Nawawy dalam Syarah Muslim 6/38 : “Yang dimaksud dengan
Qiyam Ramadhan adalah sholat Tarawih”. Bahkan Al-Kirmany menukil
kesepakatan bahwa yang dimaksud dengan Qiyam Ramadhan dalam hadits di
atas adalah sholat Tarawih. Namun nukilan kesepakatan dari Al-Kirmany
dianggap aneh oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar karena kapan Qiyamul lail
dilakukan di malam Ramadhan dengan berjama’ah (Tarawih) atau tanpa
berjama’ah maka telah tercapai apa yang diinginkan. Demikian makna
keterangan beliau dalam Fathul Bari 4/251.<br />
Dan dalam hadits ‘Amr bin Murrah Al-Juhany radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :<br />
“Datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
seorang lelaki dari Qudho’ah lalu berkata : “Wahai Rasulullah, bagaimana
menurut engkau andaikata saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
haq kecuali Allah dan engkau rasul Allah, saya sholat lima waktu, saya
puasa bulan (Ramadhan), saya melakukan Qiyam Ramadhan dan saya
mengeluarkan zakat?. Maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa
sallam bersabda : “Siapa yang meninggal di atas hal ini maka ia termasuk
dari para shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid”.” (Berkata Syaikh
Al-Albany dalam Qiyam Ramadhan hal. 18 : “Dikeluarkan oleh Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Ash-Shohih mereka berdua dan juga
diriwayatkan oleh selain keduanya dengan sanad yang shohih”.)<br />
Dan tentang malam Lailatul Qadri, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Siapa yang berdiri (sholat) malam lailatul qadri dengan keimanan dan
mengharap pahala maka telah diampuni apa yang telah lalu dari dosanya”
(HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.)</div>
<div style="text-align: justify;">
Syari’at Sholat Tarawih Secara Berjama’ah<br />
Ada beberapa hadits yang menunjukkan akan disyari’atkannya pelaksanaan
sholat Tarawih secara berjama’ah. Di antara hadits-hadits itu adalah
sebagai berikut :<br />
Dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Kami
berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam dan beliau tidak berdiri (sholat lail) bersama kami sedikitpun
dari bulan itu kecuali setelah tersisa tujuh hari. Kemudian beliau
berdiri (mengimami) kami sampai berlalu sepertiga malam. Dan ketika
malam keenam (dari malam yang tersisa,-pent.) beliau tidak berdiri
(mengimami) kami. Kemudian saat malam kelima (dari malam yang
tersisa,-pent.) beliau berdiri (mengimami) kami sampai berlalu seperdua
malam. Maka berkata : “Wahai Rasulullah, andaikata engkau menjadikan
nafilah untuk kami Qiyam malam ini,” maka beliau bersabda :
“Sesungguhnya seorang lelaki apabila ia sholat bersama imam sampai
selesai maka terhitung baginya Qiyam satu malam”. Dan ketika malam
keempat (dari malam yang tersisa,-pent.) beliau tidak berdiri
(mengimami) kami. Dan saat malam ketiga (dari malam yang tersisa,-pent.)
beliau mengumpulkan keluarganya, para istrinya dan manusia lalu beliau
berdiri (mengimami) kami<br />
sampai kami khawatir ketinggalan Al-Falah. Saya –rawi dari Abu Dzar-
bertanya : “Apakah Al-Falah itu?” (Abu Dzar menjawab : “Waktu sahur”.
Kemudian beliau tidak berdiri lagi (mengimami)<br />
kami pada sisa bulan.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa`i, Ibnu Majah dan
lain-lainnya. Dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil
2/193/447 dan Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/175.)<br />
Dan Abu Tholhah Nu’aim bin Ziyad, beliau berkata : Saya mendengar Nu’man
bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma di mimbar Himsh, beliau berkata :<br />
“Kami berdiri (sholat) bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wa sallam di bulan Ramadhan pada malam 23 sampai sepertiga malam
pertama, kemudian kami berdiri (sholat) bersama beliau pada malam 25
sampai seperdua malam, kemudian kami berdiri (sholat) bersama beliau
pada malam 27 sampai kami menyangka tidak mendapati Al-Falah yang mereka
namakan untuk waktu sahur” (HR. Ibnu Abi Syaibah 2/394, Ahmad 4/272,
An-Nasa`i 3/203, Ibnu Khuzaimah 3/336/2204 dan Al-Hakim 1/607. Dan
dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/174.)<br />
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata :<br />
“Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
keluar di kegelapan malam lalu beliau sholat di masjid maka sekelompok
orang sholat mengikuti sholat beliau. Kemudian manusia di pagi harinya
membicarakan tentang hal tersebut maka berkumpullah lebih banyak dari
mereka, maka keluarlah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa
sallam pada malam kedua lalu merekapun sholat mengikuti sholat beliau.
Di waktu paginya manusia membicarakan hal tersebut sehingga menjadi
banyaklah yang hadir di masjid pada malam ketiga, lalu beliau keluar dan
mereka sholat mengikuti sholat beliau. Begitu malam yang keempat masjid
tidak mampu menampung penduduknya. Akan tetapi Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tidak keluar kepada mereka sampai
sekelompok orang dari mereka berteriak : “Sholat”<br />
namun Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tidak
keluar kepada mereka sampai beliau keluar untuk sholat subuh. Tatkala
beliau menyelesaikan (sholat) subuh, beliau menghadap kepada manusia
kemudian beliau tasyahhud lalu berkata : “Amma Ba’du, sesungguhnya
keadaan kalian malam ini tidak luput dari pemantauanku, akan tetapi aku
khawatir akan diwajibkannya atas kalian sholat lail kemudian kalianpun
tidak sanggup terhadapnya’.”<br />
(HR. Al-Bukhary dan Muslim dan lafazh hadits bagi Imam Muslim)<br />
Dari hadits ini diketahui mengapa sholat Tarawih di bulan Ramadhan tidak
dilakukan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
terus menerus yaitu karena kekhawatiran beliau sholat tersebut
diwajibkan atas umatnya sehingga memberatkan mereka. Namun kekhawatiran
ini telah lenyap setelah wafatnya beliau dan agama telah sempurna.
Karena itu sunnah ini dihidupkan oleh ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu.<br />
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dari ‘Abdurrahman bin ‘Abd Al-Qary, beliau berkata :<br />
“Saya keluar bersama ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menuju ke
masjid pada suatu malam di Ramadhan, ternyata manusia terbagi-bagi
berpisah-pisah, seseorang sholat sendirian<br />
dan seseorang sholat dimana sekelompok orang (mengikuti) sholatnya. Maka ‘Umar berkata :<br />
“Saya berpandangan andaikata saya kumpulkan mereka pada satu qori` maka
itu lebih tepat.”Lalu beliau ber’azam lalu beliau kumpulkan mereka pada
Ubay bin Ka’ab. Kemudian saya keluar<br />
bersama beliau pada malam lain dan manusia sedang sholat (mengikuti)
sholat qori’ mereka maka ‘Umar berkata : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini
dan yang tidur darinya lebih baik dari yang<br />
menegakkannya” yang beliau inginkan adalah orang yang sholat pada akhir malam sementara manusia menegakkannya di awal malam”<br />
Ucapan ‘Umar radhiyallahu ‘anhu “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, beliau
maksud bid’ah secara bahasa karena beliau yang pertama kali menghidupkan
sunnah ini setelah Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
memberikan dasar tuntunannya pada masa hidupnya. Wallahu A’lam.<br />
Berkata Syaikh Al-Albany dalam Qiyamu Ramadhan hal. 21-22 : “Dan
disyari’atkan bagi para perempuan untuk menghadirinya (Jama’ah
Tarawih,-pent.) sebagaimana dalam hadits Abu Dzar<br />
yang berlalu, dan telah tsabit (tetap, syah) dari ‘Umar bahwa tatkala
beliau mengumpulkan manusia untuk Qiyam maka beliau menjadikan Ubay bin
Ka’ab untuk laki-laki dan Sulaiman bin<br />
Abi Hatsmah untuk para perempuan. Dari ‘Arfajah Ats-Tsaqofy, beliau
berkata : “Adalah ‘Ali bin Abi Tholib memerintah manusia untuk melakukan
Qiyam bulan Ramadhan dan beliau menjadikan<br />
untuk laki-laki seorang imam dan untuk perempuan seorang imam. Berkata (‘Arfajah) : “Saya adalah imam para perempuan”.<br />
Saya berkata : Ini keadaannya menurutku bila masjidnya luas sehingga salah satu dari keduanya tidak mengganggu yang lainnya.”<br />
Dan perlu diketahui bahwa syari’at sholat Tarawih ini hanya dilakukan di
bulan Ramadhan berdasarkan keterangan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam
hadits riwayat Al-Bukhary dan Muslim bahwa pelaksanaan Tarawih secara
berjama’ah ini dilakukan oleh beliau di bulan Ramadhan.<br />
Bertolak dari sini, nampaklah kesalahan sebahagian orang yang sering
melakukan pelaksanaan Qiyamul Lail secara berjama’ah di luar Ramadhan.
Memang Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi<br />
wa sallam kadang melakukan Qiyamul Lail secara berjama’ah di rumahnya
bersama Ibnu ‘Abbas dan juga pernah bersama Ibnu Mas’ud dan pernah
bersama Hudzaifah. Namun beliau tidak melakukan hal tersebut terus
menerus dan tidak pula beliau melakukannya di masjid, karena itu siapa
yang melakukan Qiyamul Lail secara berjama’ah di luar Ramadhan secara
terus menerus atau secara berjama’ah di masjid maka tidak diragukan lagi
bahwa hal tersebut tersebut termasuk dari perkara bid’ah yang tercela.
Baca keterangan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Asy-Syarh Al-Mumti’ 4/82-83.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hukum Sholat Tarawih<br />
Berkata Imam An-Nawawy dalam Al-Majmu’ 3/526: “Dan sholat Tarawih adalah
sunnah menurut kesepakatan para ‘ulama.” Lihat juga Syarah Muslim 6/38.<br />
Dan berkata Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid 1/209 : “Dan (para
ulama) sepakat bahwa Qiyam bulan Ramadhan sangat dianjurkan lebih dari
seluruh bulan.”<br />
Berkata Ibnu Qudamah dalam Al-Mughny 2/601 : “Ia adalah sunnah muakkadah
dan awal kali yang menyunnahkannya adalah Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam.”<br />
Dan Al-Mardawy dalam Al-Inshof 2/180 juga memberi pernyataan sama dalam
madzhab Hanbaliyah namun beliau menyebutkan bahwa Ibnu ‘Aqil
menghikayatkan dari Abu Bakr Al-Hanbaly akan wajibnya.<br />
Tidaklah diragukan bahwa sholat Tarawih adalah sunnah muakkadah berdasarkan dalil-dalil yang telah disebut di atas.<br />
Baca juga : Al-Istidzkar 2/63-64, Syarhus Sunnah 4/118-119 dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah 7/194.<br />
Namun para ulama berselisih pendapat tentang mana yang afdhol dalam
pelaksanaan sholat Tarawih, apakah dilakukan secara berjama’ah di masjid
atau sendiriaan di rumah?. Ada dua<br />
pendapat di kalangan para ulama :<br />
1. Yang afdhol adalah secara berjama’ah. Ini adalah pendapat
Asy-Syafi’iy dan kebanyakan pengikutnya, Ahmad, Abu Hanifah, sebahagian
orang Malikiyah dan selainnya. Dan Ibnu Abi Syaibah menukil pelaksanaan
secara berjama’ah dari ‘Ali, Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Suwaid bin
Ghafalah, Zadzan, Abul Bakhtary dan lain-lainnya. Alasannya karena ini
adalah sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
yang dihidupkan oleh ‘Umar dan para shohabat radhiyallahu ‘anhum dan
sudah menjadi symbol agama yang nampak seperti sholat ‘Ied. Bahkan
Ath-Thohawy berlebihan sehingga mengatakan bahwa sholat Tarawih<br />
secara berjama’ah adalah wajib kifayah.<br />
2. Sendirianlah yang afdhol. Ini adalah pendapat Imam Malik, Abu Yusuf,
sebagian orang-orang Syafi’iyyah dan selainnya. Alasannya adalah hadits
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi<br />
wa sallam yang berbunyi : “Sesungguhnya sebaik-baik sholat seseorang adalah dirumahnya kecuali sholat wajib.”<br />
Baca : Syarah Muslim 6/38-39, Al-Majmu’ 2/526, 528, Thorhut Tatsrib
3/94-97, Al-Mughny 2/605, Al-Istidzkar 2/71-73, Fathul Bari 4/252 dan
Nailul Author 3/54.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hukum Sholat Witir<br />
Menurut jumhur ulama sholat witir hukumnya adalah sunnah muakkadah. Ini
pendapat Imam Malik, Asy-Syafi’iy, Ahmad, Ishaq dan lain-lainnya.<br />
Di sisi lain Abu Hanifah berpendapat bahwa sholat witir hukumnya wajib.
Mereka berdalilkan dengan beberapa dalil, diantaranya hadits Buraidah
radhiyallahu ‘anhu riwayat Abu Daud dan<br />
lain-lainnya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
bersabda : “Witir adalah haq, siapa yang tidak witir maka bukanlah dari
kami, witir adalah haq, siapa yang tidak witir maka bukanlah dari kami,
witir adalah haq, siapa yang tidak witir maka bukanlah dari kami.”
(Dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-Shohih 2/159)<br />
Tarjih<br />
Yang benar dalam masalah ini bahwa sholat witir tidak wajib. Hal ini
berdasarkan hadits Tholhah bin ‘Ubaidullah radhiyallahu ‘anhu riwayat
Al-Bukhary dan Muslim, ketika Rasulullah shollallahu<br />
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menyebutkan kewajiban sholat lima waktu
maka beliau di tanya, “Apakah ada kewajiban lain atasku” beliau menjawab
: “Tidak, kecuali hanya sekedar sholat tathawwu’ (sholat sunnah).”<br />
Dan juga akan diterangkan tentang sholat witirnya Nabi shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam di atas hewan tunggangannya padahal
dimaklumi bahwa sholat wajib tidaklah dilakukan di atas hewan
tunggangan.<br />
Dan masih ada dalil-dalil lain yang menunjukkan tidak wajibnya. Baca :
Al-Istidzkar 2/80, Al-Majmu’ 3/514-517, Al-Mughny 2/591-594, Al-Fatawa
23/88, Syarah Ibnu Rajab 6/210-212 dan Nailul Author 3/34.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu Sholat Lail dan Sholat Tarawih<br />
Waktu pelaksanaanya adalah :<br />
1. Awal Waktu<br />
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa 23/119-220 :
“Sunnah dalam sholat Tarawih dilaksanakan setelah sholat ‘Isya
sebagaimana yang telah disepakati oleh Salaf dan para<br />
Imam … dan tidaklah para Imam melakukan sholat (Tarawih) kecuali setelah
‘Isya di masa Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dan
dimasa para Khulafa` Ar-Rasyidin dan di atas hal ini<br />
para Imam kaum muslimin…”<br />
Dan berkata Ibnul Mundzir : “Ahlul ‘Ilmi telah sepakat bahwa (waktu)
antara sholat ‘Isya sampai terbitnya fajar adalah waktu untuk witir.”<br />
Maka ukuran awal waktu pelaksanaan Qiyam adalah setelah sholat ‘Isya,
apakah sholat ‘Isyanya di awal waktu, pertengahan atau akhir waktunya.
Demikian pula -menurut keterangan Syaikh<br />
Ibnu ‘Utsaimin dan selainnya- boleh dilaksanakan oleh seorang yang
musafir bila ia telah menjamak taqdim waktu ‘Isya dengan waktu maghrib.<br />
Hal ini berdasarkan hadits Abu Bashrah radhiyallahu ‘anhu riwayat Ahmad
dan selainnya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
bersabda :<br />
“Sesungguhnya Allah telah menambahkan bagi kalian suatu sholat yaitu
witir, maka laksanakanlah sholat itu antara sholat ‘Isya sampai Subuh.”
(Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany<br />
dalam Ash-Shohihah no. 108)<br />
Dan dalam hadits Kharijah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu riwayat Abu
Daud, At-Tarmidzy, Ibnu Majah dan lain-lainnya, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahi kalian suatu
sholat yang lebih baik bagi kalian dari onta merah, yaitu sholat witir.
(Allah) telah menjadikannya untuk kalian antara ‘Isya<br />
sampai terbitnya fajar”. (Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam
Al-Irwa` no. 423 dengan seluruh jalan-jalannya. Baca juga Fathul Bari
karya Ibnu Rajab 6/235)<br />
Ada satu sisi pendapat lemah dikalangan pengikut madzhab Syafi’iyyah dan
juga fatwa sebahagian dari orang-orang belakangan dari kalangan
Hanbaliyah menyatakan bolehnya<br />
melakukan witir sebelum pelaksanaan ‘Isya. Tentunya itu adalah pendapat
yang sangat lemah, bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Siapa
yang melakukannya sebelum ‘Isya maka<br />
ia telah menempuh jalan para pengikut bid’ah yang menyelisihi sunnah”.<br />
Namun para ulama berselisih pendapat tentang orang yang sholat witir
sebelum Isya dalam keadaan lupa atau ia menyangka telah melaksanakan
sholat ‘Isya, apakah witirnya diulang<br />
kembali atau tidak?.<br />
Ada dua pendapat di kalangan para ulama tentang masalah ini :<br />
1. Pendapat pertama <img alt=":D" class="wp-smiley" src="http://www.darussalaf.or.id/wp-includes/images/smilies/icon_biggrin.gif" />
iulangi kembali. Ini adalah pendapat jumhur ulama seperti Al-Auza’iy,
Malik, Asy-Syafi’iy, Ahmad, Abu Yusuf, Muhammad dan lain-lainnya.<br />
2. Pendapat kedua : Tidak diulangi. Ini pendapat Sufyan Ats-Tsaury dan Abu Hanifah.<br />
Dan tidak diragukan lagi bahwa yang kuat adalah pendapat pertama berdasarkan dalil-dalil yang telah disebutkan.<br />
2. Akhir Waktu (Waktu Terakhir) Dari Sholat Lail (Tarawih)<br />
Para ulama sepakat bahwa seluruh malam sampai terbitnya fajar adalah waktu pelaksanaan witir.<br />
Namun ada perselisihan pada batasan akhir waktu witir, ada beberapa pendapat dikalangan para ulama :<br />
Satu : Akhir waktunya sampai terbit fajar. Ini adalah pendapat Sa’id bin
Jubair, Makhul, ‘Atho`, An-Nakha’iy, Ats-Tsaury, Abu Hanifah dan
riwayat yang paling masyhur dari Asy-Syafi’iy dan Ahmad. Dan
diriwayatkan pula dari ‘Umar, Ibnu ‘Umar, Abu Musa dan Abu Darda`
radhiyallahu anhum.<br />
Dua : Akhir waktunya sepanjang belum sholat subuh. Ini adalah pendapat
Al-Qosim bin Muhammad, Malik, Asy-Syafi’iy -dalam madzhabnya yang
terdahulu- dan salah satu riwayat dari Ahmad. Dan juga merupakan
pendapat Ishaq bin Rahawaih, Abu Tsaur dan lain-lainnya. Dan
diriwayatkan pula dari ‘Ali, Ibnu Mas’ud, ‘Ubadah bin Shomit, Hudzaifah
dan lain-lainnya.<br />
Tarjih<br />
Yang kuat adalah pendapat pertama, karena dua hadits yang telah berlalu
penyebutannya di atas sangatlah tegas menunjukkan bahwa akhir waktunya
adalah sampai terbitnya fajar subuh. Dan<br />
juga dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma riwayat Muslim,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam ketika ditanya
tentang kaifiyat sholat lail beliau bersabda :<br />
“(Sholat malam) dua dua, apabila engkau khawatir (masuk) waktu subuh
maka sholatlah satu raka’at dan jadikan akhir sholatmu witir”<br />
Adapun untuk pendapat kedua, Ibnu Rajab menyebutkan beberapa dalil yang
menjadi landasan mereka dan beliau terangkan kelemahannya, kemudian
beliau menyatakan : “Berdasarkan<br />
anggapan bahwa hadits-hadits ini shohih (seluruhnya) atau sebahagiannya,
maka maknanya diarahkan kepada (bolehnya) meng-qhodo` witir setelah
berlalu waktunya yaitu malam hari, bukan menunjukkan bahwa setelah fajar
(subuh) masih waktunya.” Dan pada halaman sebelumnya, beliau juga
menyebutkan dari Ibnu ‘Abdil Barr bahwa mungkin yang diinginkan oleh
pendapat kedua tentang bolehnya witir setelah terbitnya fajar adalah
bagi orang yang lupa melakukan witir atau kelupaan, bukan untuk orang
yang sengaja mengakhirkannya sampai keluar waktunya.<br />
Dalam masalah meng-qhodo` witir memang ada persilangan pendapat
dikalangan para ulama, namun –secara umum- apa yang disimpulkan oleh
Ibnu ‘Abdil Barr dan Ibnu Rajab adalah tepat dan sejalan dengan hadits
Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu riwayat Ahmad, Abu Daud, At-
Tirmidzy, Ibnu Majah dan lain-lainnya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Siapa yang tidur dari witirnya atau melupakannya maka hendaknya ia
sholat bila ia mengingatnya” (Dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam
Al-Jami’ Ash-Shohih 2/168)<br />
Adapun orang yang punya udzur sehingga belum melaksanakan witir sampai
sholat subuh maka ia meng-qhodo` witirnya setelah matahari terbit dengan
menggenapkan jumlah kebiasaan witirnya, bila kebisaannya witir 3
raka’at maka digenapkan 4 raka’at, jika kebiasaannya 5 raka’at maka
digenapkan 6 raka’at dan seterusnya. Hal tersebut berdasarkan hadits
‘Aisyah radhiyallahu‘anha riwayat Muslim, bahwasanya Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam :<br />
“Bila beliau dikuasai oleh tidurnya atau sakit dari (melakukan) Qiyam lail maka beliau sholat di waktu siang 12 raka’at”<br />
Baca pembahasan mengenai awal dan akhir waktu Qiyam lail dalam :
Al-Istidzkar 2/117-118, Bidayatul Mujtahid 1/202-203, Al-Majmu’ 3/518,
Syarah Muslim 6/30-31, Thorhut Tatsrib<br />
3/79-80, Al-Mughny 2/595-596, Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah 23/119-121,
Fathul Bari karya Ibnu Rajab 6/234-243, Al-Inshof 2/181, Asy-Syarh
Al-Mumti’ 4/15-16 dan Nailul Author 3/45-46.<br />
Dan baca masalah meng-qodho` witir dalam : Al-Fatawa 23/89-91, Fathul
Bari karya Ibnu Rajab 6/243-247, Syarhus Sunnah 4/88-89 dan Nailul
Author 3/52-53.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu Yang Afdhol (Paling Utama) Dalam Pelaksanaan Qiyam<br />
Ibnu Rajab menyebutkan bahwa banyak dari shahabat melakukan witir di
awal malam, di antara mereka adalah Abu Bakr, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘A`idz
bin ‘Amr, Anas, Rafi’ bin Khajid, Abu Hurairah, Abu Dzar dan Abu Darda`
radhiyallahu ‘anhum. Dan pendapat ini merupakan salah satu sisi
pendapat di kalangan orang-orang Syafi’iyyah dan salah satu riwayat dari
Imam Ahmad dan diikuti oleh sebahagian orang Hanbaliyah. Alasan mereka
untuk lebih berhati-hati.<br />
Namun Jumhur Ulama menilai bahwa witir akhir malam lebih utama. Ini
pendapat kebanyakan ulama Salaf seperti ‘Umar, ‘Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu
‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan selain mereka dari kalangan shahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in.<br />
Bahkan Ibnu Sirin berkata : “Tidaklah mereka (yaitu Para Shohabat dan
Tabi`in di zaman beliau,-pent.) berselisih bahwa witir di akhir malam
itu Afdhol (lebih utama).”<br />
Pendapat ini pula yang dipegang oleh An-Nakha’iy, Malik, Ats-Tsaury, Abu
Hanifah, Ahmad – dalam riwayat yang paling masyhur darinya- dan Ishaq.<br />
Tarjih<br />
Insya Allah yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan
afdholnya pelaksanaan Qiyam di akhir malam. Hal ini berdasarkan beberapa
dalil, diantaranya adalah hadits<br />
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma riwayat Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Siapa yang khawatir tidak akan Qiyam di akhir malam maka hendaknya ia
witir di akhir malam dan siapa yang semangat untuk witir di akhirnya
maka hendaknya ia witir di akhir malam karena<br />
sholat di akhir malam adalah disaksikan1”<br />
Dan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhary dan
Muslim, Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :<br />
“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia ketika
tersisa sepertiga malam terakhir (Dalam salah satu riwayat Muslim :
“ketika telah berlalu sepertiga malam pertama”, dan<br />
riwayat beliau yang lainnya : “apabila telah berlalu seperdua malam atau
dua pertiganya” ) kemudian berfirman : “Siapa yang berdoa kepada-Ku
maka Aku kabulkan untuknya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku
berikan untuknya dan siapa yang memohon anpun kepada-Ku maka Aku akan
mengampuninya”.<br />
Baca : Al-Mughny 2/596-597 dan Fathul Bari karya Ibnu Rajab 6/247-250</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-20721416312873357912013-07-24T11:53:00.002-07:002013-07-24T12:13:41.227-07:00Introspeksi Diri di Bulan Suci Ramadhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy_bgycifZjIHW65__sSQnkuQ4imNPXnX4QKcE3nz8ZvTO1CuOmcySzxTRrlZdpEP_A-6TQ4delaTyCN7xmL7p7txL3fHZSDA49f-s8fp-CAnPG-YSepvzszkIPLaNtHOu_L2dEHWAPyib/s1600/holy_ramadan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy_bgycifZjIHW65__sSQnkuQ4imNPXnX4QKcE3nz8ZvTO1CuOmcySzxTRrlZdpEP_A-6TQ4delaTyCN7xmL7p7txL3fHZSDA49f-s8fp-CAnPG-YSepvzszkIPLaNtHOu_L2dEHWAPyib/s320/holy_ramadan.jpg" width="320" /></a></div>
Shahabat yang mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ<br />
“Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu
dalam Shahih-nya kitab Ash-Shaum, bab Hal Yuqalu Ramadhan au Syahru
Ramadhan no. 1898, 1899. Dikeluarkan pula dalam kitab Bad‘ul Khalqi, bab
Shifatu Iblis wa Junuduhu no. 3277. Adapun Al-Imam Muslim rahimahullahu
dalam Shahih-nya membawakannya dalam kitab Ash-Shaum, dan diberikan
judul babnya oleh Al-Imam An-Nawawi, Fadhlu Syahri Ramadhan no. 2492.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pintu Kebaikan Terbuka, Pintu Kejelekan Tertutup<br />
Kedatangan Ramadhan akan disambut dengan penuh kegembiraan oleh insan
beriman yang selalu merindukan kehadirannya dan menghitung-hitung hari
kedatangannya. Banyak keutamaan yang dijanjikan untuk diraih dan
didapatkan di bulan mulia ini, di antaranya seperti tersebut dalam
hadits yang menjadi pembahasan kita dalam rubrik ‘Hadits’ kali ini. Dan
keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas didapatkan sejak awal malam
Ramadhan yang mubarak sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:<br />
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ
الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ
يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ
أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ
النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ<br />
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin
yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu
pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu
pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang
yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang
menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang
dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.”
(HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya
no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat
no. 1960)</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada bulan yang penuh barakah ini, kejahatan di muka bumi lebih
sedikit, karena jin-jin yang jahat dibelenggu dan diikat, sehingga
mereka tidak bebas untuk menyebarkan kerusakan di tengah manusia
sebagaimana hal ini dapat mereka lakukan di luar bulan Ramadhan. Di
hari-hari itu kaum muslimin tersibukkan dengan ibadah puasa yang
dengannya akan mematahkan syahwat. Juga mereka tersibukkan dengan
membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah lainnya. (Al-Mirqah, Asy-Syaikh
Mulla ‘Ali Al-Qari pada ta’liq Al-Misykat 1/783, hadits no. 1961)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibadah-ibadah ini akan melatih jiwa, membersihkan dan mensucikannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ<br />
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan
kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)<br />
Karena amal shalih banyak dilakukan, demikian pula ucapan-ucapan yang
baik berlimpah ruah, ditutuplah pintu-pintu jahannam dan dibuka
pintu-pintu surga. (Shifatu Shaumin Nabiyyi n fi Ramadhan, hal. 18-19)<br />
Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas
صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ adalah setan itu dibelenggu. Dan yang
dimaksudkan dengan setan di sini adalah مَرَدَةُ الْجِنِّ sebagaimana
tersebut dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Kata مَرَدَةٌ
adalah bentuk jamak (lebih dari dua) dari kata الْمَارِدُ yaitu
الْعَاتِي الشَّدِيْدُ , maknanya yang sangat angkuh, durhaka, bertindak
sewenang-wenang lagi melampaui batas (lihat An-Nihayah fi Gharibil
Hadits). Sehingga yang dibelenggu hanyalah setan dari kalangan jin yang
sangat jahat, adapun setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita perlu nyatakan hal ini, kata Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi
Al-Wadi‘i rahimahullahu, agar jangan sampai engkau mengatakan: “Kami
mendapatkan beberapa perselisihan dan fitnah di bulan Ramadhan (lalu
bagaimana dikatakan setan-setan itu dibelenggu sementara kejahatan tetap
ada? -pent.).” Kita jawab bahwa yang dibelenggu adalah setan dari
kalangan jin yang sangat jahat. Sedangkan setan-setan yang kecil dan
setan-setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran tidak dibelenggu.
Demikian pula jiwa yang memerintahkan kepada kejelekan, teman-teman
duduk yang jelek dan tabiat yang memang senang dengan fitnah dan
pertikaian. Semua ini tetap ada di tengah manusia, tidak terbelenggu
kecuali jin-jin yang sangat jahat. (Ijabatus Sa`il ‘ala Ahammil Masa`il,
hal. 163)</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullahu berkata dalam Shahih-nya
(3/188): “Bab penyebutan keterangan bahwa hanyalah yang diinginkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya وَصُفِّدَتِ
الشَّيَاطِيْنُ hanyalah jin-jin yang jahat, bukan semua setan. Karena
nama setan terkadang diberikan kepada sebagian mereka (tidak dimaukan
seluruhnya).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Di bulan yang mubarak ini ada malaikat yang menyeru kepada kebaikan
dan menyeru untuk mengurangi kejelekan sebagaimana dalam lafadz hadits:<br />
وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ<br />
“Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits-hadits tentang Keutamaan Ramadhan<br />
Selain hadits di atas, banyak lagi hadits lain yang berbicara tentang
keutamaan Ramadhan. Di antaranya akan kita sebutkan berikut ini:<br />
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ<br />
“Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan
mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.
Al-Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 1778)<br />
2. Dari ‘Imran bin Murrah Al-Juhani radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata:<br />
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله،
وَأَنَّكَ رَسُوْلَ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ،
وَأَدَّيْتُ الزَّكاةَ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، فَمِمَّنْ أَنَا؟ قَالَ: مِنَ
الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ<br />
“Wahai Rasulullah, apa pendapat anda bila aku bersaksi bahwasanya tidak
ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja dan aku bersaksi bahwa
engkau adalah Rasulullah, aku mengerjakan shalat lima waktu, menunaikan
zakat dan puasa di bulan Ramadhan, maka termasuk dalam golongan manakah
aku?” Rasulullah menjawab: “Engkau termasuk golongan shiddiqin dan
syuhada.” (HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih
keduanya, dan lafadz yang disebutkan adalah lafadz Ibnu Hibban.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Targhib
wat Tarhib no. 989)<br />
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ
فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ،
لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا
فَقَدْ حُرِمَ<br />
“Telah datang pada kalian Ramadhan bulan yang diberkahi. Allah Subhanahu
wa Ta’ala mewajibkan atas kalian untuk puasa di bulan ini. Pada bulan
Ramadhan dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka serta
dibelenggu setan-setan yang sangat jahat. Pada bulan ini Allah memiliki
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang diharamkan
untuk mendapatkan kebaikan malam itu maka sungguh ia telah diharamkan.”
(HR. Ahmad, 2/385, An-Nasa`i no. 2106, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
dalam Shahih Sunan An-Nasa`i. Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib no.
985, Al-Misykat no. 1962)<br />
4. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
الصَّلَوَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةَ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى
رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ<br />
“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya dan Ramadhan ke Ramadhan
berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, apabila dijauhi
dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 549)</div>
<div style="text-align: justify;">
Cukuplah kiranya keutamaan bagi Ramadhan dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala memilihnya di antara bulan-bulan yang ada untuk Allah Subhanahu
wa Ta’ala turunkan kitab-Nya yang mulia di bulan berkah tersebut, di
malam yang penuh kemuliaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتِ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ<br />
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dengan yang batil.”
(Al-Baqarah: 185)</div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ<br />
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an itu pada malam Qadar (malam kemuliaan).” (Al-Qadar: 1)</div>
<div style="text-align: justify;">
Puasa Semestinya membuahkan Takwa<br />
Hikmah disyariatkannya puasa dinyatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:<br />
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ<br />
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan
kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)<br />
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullahu berkata: “Perkara takwa yang dikandung puasa di antaranya:<br />
- Orang yang puasa meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
haramkan kepadanya berupa makan, minum, jima’ dan semisalnya, sementara
jiwa itu condong kepada perkara yang harus ditinggalkan tersebut. Semua
itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, mengharapkan pahala-Nya. Ini termasuk takwa.<br />
- Orang yang puasa melatih jiwanya untuk merasakan pengawasan Allah
Subhanahu wa Ta’ala (muraqabatullah), maka ia meninggalkan apa yang
diinginkan jiwanya padahal ia mampu melakukannya, karena ia mengetahui
pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya.<br />
- Puasa itu menyempitkan jalan setan, karena setan itu berjalan pada
anak Adam seperti peredaran/aliran darah. Dan puasa akan melemahkan
jalannya sehingga mengecilkan perbuatan maksiat.<br />
- Orang yang puasa umumnya memperbanyak amalan ketaatan sementara amalan ketaatan termasuk perangai takwa.<br />
- Orang yang kaya jika merasakan tidak enaknya lapar maka mestinya ia
akan memberikan kelapangan/memberi derma kepada orang-orang fakir yang
tidak berpunya. Ini pun termasuk perangai takwa. (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal. 86)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian sungguh tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa
seharusnya momentum Ramadhan dijadikan langkah awal untuk memperbaiki
iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk kemudian iman dan
takwa itu terus dipupuk dan dirawat di bulan-bulan selanjutnya. Dan
jangan dibiarkan terpisah dari jiwa dan raga hingga datang jemputan dari
utusan Ar-Rahman (malaikat maut). Khususnya kita –penduduk negeri ini–
seharusnya berkaca diri berkaitan dengan segala petaka yang menimpa
negeri kita, demikian pula musibah yang datang terus menerus, lagi susul
menyusul. Tidaklah semua ini menimpa kita kecuali karena dosa-dosa kita
dan jauhnya kita dari iman serta takwa kepada Al-Khaliq.</div>
<div style="text-align: justify;">
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ<br />
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan/ulah manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang
benar.” (Ar-Rum: 41)</div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيْرٍ<br />
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka hal itu disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari
kesalahan-kesalahan kalian.” (Asy-Syura: 30)<br />
Musibah yang menimpa negeri ini berupa gempa, tsunami, meletusnya gunung
berapi, tanah longsor, semburan lumpur panas, dan sebagainya bukanlah
karena kesialan penguasa/pemerintah sebagaimana tuduhan orang-orang
dungu atau pura-pura dungu. Namun justru karena dosa-dosa yang ada di
negeri ini. Terlepas apakah bencana ini karena rekayasa asing yang ingin
menjatuhkan dan menghancurkan negeri ini sebagaimana analisa sebagian
orang, atau murni musibah tanpa rekayasa, toh semuanya ditimpakan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai teguran bagi kita agar kembali
kepada-Nya. Bangkit dari lumpur hitam dosa dan maksiat, untuk kemudian
bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang sangat disesalkan, di antara penduduk negeri ini banyak yang
tidak sadar dari maksiat mereka dengan musibah yang menimpa. Mereka
malah melakukan praktik-praktik kesyirikan, membuat sesajen penolak bala
yang dipersembahkan kepada roh-roh penguasa laut, penguasa gunung,
penguasa darat, dan sebagainya. Na’udzubillah min dzalik!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
Sehubungan dengan momentum Ramadhan sebagai bulan untuk menambah iman
dan takwa, serta terkait dengan banyaknya musibah yang menimpa negeri
ini, bagus sekali untuk kita nukilkan nasihat dari Samahatusy Syaikh
Ibnu Baz rahimahullahu berkenaan dengan musibah yang menimpa anak Adam,
khususnya gempa bumi [1]. Mudah-mudahan nasehat ini bisa menjadi
renungan bagi anak negeri ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha
Memiliki hikmah Maha Mengetahui terhadap apa yang Dia putuskan dan
tetapkan, sebagaimana Dia Maha Memiliki Hikmah lagi Maha Mengetahui
dalam apa yang Dia syariatkan dan perintahkan. Dia menciptakan apa yang
diinginkan-Nya berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dia tetapkan hal itu
untuk menakut-nakuti hamba-Nya dan mengingatkan mereka tentang hak-Nya
dan memperingatkan mereka dari kesyirikan, penyelisihan terhadap
perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya.”<br />
Selanjutnya beliau menyatakan: “Tidaklah diragukan bahwa gempa yang
terjadi pada hari-hari ini di banyak tempat/negeri merupakan sejumlah
tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya Allah
Subhanahu wa Ta’ala hendak menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Seluruh
musibah gempa yang terjadi dan perkara lainnya yang membuat kemudharatan
para hamba dan menyebabkan gangguan bagi mereka, adalah disebabkan
kesyirikan dan maksiat.”<br />
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ<br />
“Tidaklah satu kebaikan menimpamu melainkan itu dari Allah dan tidaklah
satu kejelekan menimpamu melainkan karena ulah dirimu sendiri.”
(An-Nisa`: 79)</div>
<div style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu berkata: “Yang wajib dilakukan oleh
seluruh muslimin adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
istiqamah di atas agamanya dan berhati-hati dari seluruh perkara yang
dilarang berupa syirik dan maksiat. Sehingga mereka memperoleh
pengampunan, kelapangan, keselamatan di dunia dan di akhirat dari
seluruh kejelekan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menolak dari mereka
seluruh musibah, lalu menganugerahkan kepada mereka setiap kebaikan.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:<br />
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُوْنَ<br />
“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami
bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka
malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yang
dulunya mereka upayakan.” (Al-A’raf: 96)<br />
Kemudian Syaikh menukilkan ucapan Al-’Allamah Ibnul Qayyim
rahimahullahu: “Di sebagian waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan
bumi untuk bernapas panjang. Ketika itu terjadilah gempa/goncangan yang
besar, sehingga menimbulkan ketakutan pada hamba-hamba-Nya, lalu mereka
kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencabut diri dari maksiat,
tunduk patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesali diri,
sebagaimana ucapan sebagian salaf ketika terjadi gempa bumi:
‘Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian.’ Ketika terjadi gempa di kota
Madinah, ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkhutbah dan memberi
nasehat kepada penduduk Madinah dan beliau berkata: ‘Kalau gempa ini
terjadi lagi, aku tidak akan tinggal bersama kalian di Madinah ini.’<br />
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu menasehatkan:
“Ketika terjadi gempa bumi dan tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala lainnya, gerhana, angin kencang dan banjir, yang wajib dilakukan
adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk menghinakan
diri kepada-Nya dan memohon maaf/kelapangan-Nya serta memperbanyak
mengingat-Nya dan istighfar pada-Nya. Sebagaimana ucapan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Apabila kalian
melihat gerhana maka berlindunglah kalian dengan zikir/mengingat Allah,
berdoa kepada-Nya dan istighfar.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Disenangi pula untuk memberikan kasih sayang kepada fakir miskin dan
bersedekah kepada mereka dengan dalil sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:<br />
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ<br />
“Orang-orang yang menyayangi (memiliki sifat rahmah) akan dirahmati oleh
Ar-Rahman. Sayangilah orang yang ada di bumi niscaya Yang di langit
akan merahmati kalian.” [2]</div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ<br />
“Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi/dirahmati.” [3]<br />
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau
mengirim surat kepada gubernur-gubernurnya ketika terjadi gempa agar
mereka bersedekah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Termasuk sebab kelapangan dan keselamatan dari semua kejelekan adalah
agar pemerintah bersegera mengambil tangan rakyatnya dan mengharuskan
mereka untuk berpegang dengan kebenaran dan menjalankan syariat Allah
Subhanahu wa Ta’ala pada mereka serta amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ<br />
“Kaum mukminin dan mukminat sebagian mereka adalah wali/kekasih bagi
sebagian yang lain. Mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang
dari yang mungkar, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan dirahmati Allah.”
(At-Taubah: 71)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى
معْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَمَنْ
سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَاللهُ فِي
عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ<br />
“Siapa yang melepaskan seorang mukmin dari satu bencana/kesulitan dunia
niscaya Allah akan melepaskannya dari satu bencana di hari kiamat. Siapa
yang memberi kemudahan bagi orang yang sedang kesulitan niscaya Allah
akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan di akhirat. Siapa yang
menutup kejelekan/cacat seorang muslim, Allah pun akan menutup cacatnya
di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba
selama hamba itu menolong saudaranya.” [4]</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian nasehat dari Asy-Syaikh Ibnu Baz –semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan melapangkan
beliau di kuburnya, amin–. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati
penduduk negeri ini dan menghilangkan musibah dari mereka serta memberi
taufik kepada mereka agar bertaubat dan kembali kepada agama-Nya yang
benar. Semoga penduduk negeri ini mengambil pelajaran yang berharga di
bulan mubarak ini, bulan Ramadhan nan penuh keberkahan, menambah iman
dan takwa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mereka menjadi ,
orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Allahumma amin.<br />
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Footnote :<br />
1. Dinukil secara ringkas dari kitab Majmu’ Fatawa Ibni Baz, 9/148-152.<br />
2. HR. At-Tirmidzi no. 1924, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 922<br />
3. HR. Al-Bukhari no. 7376<br />
4. HR. Muslim no. 6793</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-79788716084692958982013-07-24T11:51:00.001-07:002013-07-24T11:51:38.411-07:00Puasa Tidak Sekedar Menahan Makan dan Minum<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Puasa merupakan ibadah yang sangat dicintai Allah ta’ala. Hal ini
sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman';">كُلُّ عَمَلِ ابْنِ
آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ. قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ
وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي</span></div>
<div style="text-align: justify;">
“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu
kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah
ta’ala berkata: ‘Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang
menjalankannya karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa
nafsunya dan makannya karena Aku’.” (Shahih, HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan betapa tingginya nilai puasa.
Allah ta’ala akan melipatgandakan pahalanya bukan sekedar 10 atau 700
kali lipat namun akan dibalas sesuai dengan keinginan-Nya Ta’ala.
Padahal kita tahu bahwa Allah ta’ala Maha Pemurah, maka Dia tentu akan
membalas pahala orang yang berpuasa dengan berlipat ganda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hikmah dari semua ini adalah sebagaimana tersebut dalam hadits, bahwa
orang yang berpuasa telah meninggalkan keinginan hawa nafsu dan
makannya karena Allah Ta’ala. Tidak nampak dalam dzahirnya dia sedang
melakukan suatu amalan ibadah, padahal sesungguhnya dia sedang
menjalankan ibadah yang sangat dicintai Allah ta’ala dengan menahan
lapar dan dahaga. Sementara di sekitarnya ada makanan dan minuman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu dia juga menjaga hawa nafsunya dari hal-hal yang bisa
membatalkan puasa. Semua itu dilakukan karena mengharapkan keridhaan
Allah Ta’ala dengan meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala
gerak-geriknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara hikmahnya juga yaitu karena orang yang berpuasa sedang
mengumpulkan seluruh jenis kesabaran di dalam amalannya. Yaitu sabar
dalam taat kepada Allah Ta’ala, dalam menjauhi larangan, dan di dalam
menghadapi ketentuan taqdir-Nya Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman';">إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya akan dipenuhi bagi orang-orang yang sabar pahala mereka berlipat ganda tanpa perhitungan.” (Az-Zumar: 10)</div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu menjadi catatan penting bahwa puasa bukanlah sekedar menahan
diri dari makan, minum dan hal-hal lainnya yang membatalkan puasa. Orang
yang berpuasa harus pula menjaga lisan dan anggota badan lainnya dari
segala yang diharamkan oleh Allah Ta’ala namun bukan berarti ketika
tidak sedang berpuasa boleh melakukan hal-hal yang diharamkan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maksudnya adalah bahwa perbuatan maksiat itu lebih berat ancamannya
bila dilakukan pada bulan yang mulia ini, dan ketika menjalankan ibadah
yang sangat dicintai Allah Ta’ala. Bisa jadi seseorang yang berpuasa itu
tidak mendapatkan faidah apa-apa dari puasanya kecuali hanya merasakan
haus dan lapar. Na’udzubillahi min dzalik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang
berpuasa agar mendapatkan balasan dan keutamaan-keutamaan yang telah
Allah ta’ala janjikan. Diantaranya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Setiap muslim harus membangun ibadah puasanya di atas iman kepada
Allah Ta’ala dalam rangka mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin
dipuji atau sekedar ikut-ikutan keluarganya atau masyarakatnya yang
sedang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman';">مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala
dari Allah Ta’ala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaqun ‘alaih)</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Menjaga anggota badannya dari hal-hal yang diharamkan Allah k,
seperti menjaga lisannya dari dusta, ghibah, dan lain-lain. Begitu pula
menjaga matanya dari melihat orang lain yang bukan mahramnya baik secara
langsung atau tidak langsung seperti melalui gambar-gambar atau
film-film dan sebagainya. Juga menjaga telinga, tangan, kaki dan anggota
badan lainnya dari bermaksiat kepada Allah Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman';">مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
perbuatannya, maka Allah Ta’ala tidak peduli dia meninggalkan makan dan
minumnya.” (Shahih HR. Al-Bukhari no. 1804)</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka semestinya orang yang berpuasa tidak mendatangi pasar,
supermarket, mal, atau tempat-tempat keramaian lainnya kecuali ada
kebutuhan yang mendesak. Karena biasanya tempat-tempat tersebut bisa
menyeretnya untuk mendengarkan dan melihat perkara-perkara yang
diharamkan Allah Ta’ala. Begitu pula menjauhi televisi karena tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa efek negatifnya sangat besar baik bagi orang yang
berpuasa maupun yang tidak berpuasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bersabar untuk menahan diri dan tidak membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman';">الصِّيَامُ جُنَّةٌ
فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ
يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ
صَائِمٌ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
“Puasa adalah tameng, maka apabila salah seorang dari kalian sedang
berpuasa janganlah dia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan
mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti maka katakanlah saya
sedang berpuasa.” (Shahih, HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hadits tersebut bisa diambil pelajaran tentang wajibnya menjaga
lisan. Apabila seseorang bisa menahan diri dari membalas kejelekan maka
tentunya dia akan terjauh dari memulai menghina dan melakukan kejelekan
yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya puasa itu akan melatih dan mendorong seorang muslim
untuk berakhlak mulia serta melatih dirinya menjadi sosok yang terbiasa
menjalankan ketaatan kepada Allah k. Namun mendapatkan hasil yang
demikian tidak akan didapat kecuali dengan menjaga puasanya dari
beberapa hal yang tersebut di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Puasa itu ibarat sebuah baju. Bila orang yang memakai baju itu
menjaganya dari kotoran atau sesuatu yang merusaknya, tentu baju
tersebut akan menutupi auratnya, menjaganya dari terik matahari dan
udara yang dingin serta memperindah penampilannya. Demikian pula puasa,
orang yang mengamalkannya tidak akan mendapatkan buah serta faidahnya
kecuali dengan menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengurangi atau
bahkan menghilangkan pahalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam bish-shawab.</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-46724202899592347932013-07-18T05:03:00.000-07:002013-07-18T05:03:05.428-07:00Pelajaran waktu berbuka shaum<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfELhqgdkb0rPnZxIfGp5NMRpsfW3pOnCaJj_Sr5xx_HoA7ZeT0kTGnaVTkOzTQQVSYjA3FZNcTynfGm3T1sfjqehrBROFbrgOHNSgEoxf01vmnYfTRvMbE1zAyxIY7D8t5E6gOQTxyn1-/s1600/ato+acep.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfELhqgdkb0rPnZxIfGp5NMRpsfW3pOnCaJj_Sr5xx_HoA7ZeT0kTGnaVTkOzTQQVSYjA3FZNcTynfGm3T1sfjqehrBROFbrgOHNSgEoxf01vmnYfTRvMbE1zAyxIY7D8t5E6gOQTxyn1-/s320/ato+acep.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Mengapa shaum bisa sabar walau lapar, haus, lemas? Karena yakin ada
adzan maghrib, artinya segala ada saatnya, maka bersabarlah apabila di
dalam suatu kesulitan.<br /><br />Bila datang gulita malam, daripada kesal,
gundah, terasa lama datang cahaya siang, maka sebaiknya gunakan waktu
untuk dzikir, salat dan doa. Waktu malamnya sama tapi isinya akan
berbeda, sehingga bisa melaluinya dengan lebih berharga dan dirasa
menikmati.<br /><br />Ketika menunggu istri yang belanja, misalnya, pasti
akan terasa lebih lama dengan hanya berdiam diri menunggu, daripada
mengisi waktu penantian dengan beragam aktivitas ibadah, seperti
tilawah, atau zikir.<br /><br />Ingat bahwa sebetulnya kita tidak dirancang
untuk menyelesaikan persoalan sendiri, melainkan untuk menjadikannya
bisa meminta dan menjadi dekat kepada Allah SWT, sehingga terbimbing-Nya
untuk mendapatkan solusi terbaik.<br /><br />Sabar itu bukan pasif, melainkan aktif, seperti suami yang tengah menunggu istrinya belanja tadi.<br /><br />Gempa
pasti berhenti. Hujan pasti reda. Badai pasti berlalu. Segala sesuatu
di dunia ini pasti ada akhirnya. Segala sesuatu pasti ada saatnya.<br /><br /><i>"Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan."</i> (QS Al Inshiroh: 5-7)<br /><br />Diceritakan
tentang seseorang yang berulangkali ditimpa musibah. Pada saat orang
itu menjual rumah ibunya, uang hasil penjualannya kemudian digunakan
sebagai modal untuk membuka jasa servis elektronik. Hingga pada suatu
malam, tempat usahanya dirampok. Barangnya diambil semua. Dari mulai
perangkat servisnya sampai barang-barang elektronik milik orang lain
yang sedang diservis. Jadi selain seluruh modalnya habis, ia juga harus
mengganti barang orang lain yang ikut hilang dibawa maling.<br /><br />Karena
tidak dapat mengganti, ia pun ditagih terus oleh para pemilik barang,
sehingga ia dan istrinya lari bersembunyi ke rumah orangtuanya. Di
tempat persembunyiannya, deritanya bertambah. Selain menderita batin, ia
dan istrinya kekurangan makanan. Suatu hari istrinya yang tengah
mengandung jatuh terpeleset di kamar mandi, sehingga mengalami
pendarahan dan melahirkan sebelum waktunya. Untuk menyelamatkan nyawa
istrinya, ia membawanya ke rumah sakit. Padahal ia tidak mempunyai uang
sama sekali, semakin bertambah pulalah bebannya.<br /><br />Belum selesai ia
mencari uang untuk mengganti barang yang hilang, sekarang ia dihadapkan
dengan biaya untuk mengeluarkan istrinya dan bayinya dari rumah sakit.
Dia terus berusaha mencari jalan keluar. Hingga suatu ketika bertemulah
ia dengan seseorang yang bersedia meminjamkan uang yang dibutuhkannya.
Ia mengira, inilah pertolongan tanpa adanya macam-macam. Namun ternyata,
orang itu hanyalah seorang rentenir yang bersedia meminjamkan uang
dengan bunga seratus persen dalam waktu 15 hari.<br /><br />Tidak ada
pilihan lain, mau tidak mau ia mengambil pinjaman itu. Waktu yang
ditentukan pun tiba. Kesulitanya pun bertambah. Ia ditagih oleh rentenir
secara paksa bahkan intimidasi. Kembali ia menjadi buron. Berjuang ke
sana kemari mencari uang. Namun sayang, ikhtiarnya belum membawa hasil
juga. Saking putus asanya, terlintas dalam hatinya ia ingin merampok.
Beruntunglah Allah SWT masih menolongnya, dengan sisa keimanan yang ada,
ia membatalkan niat jeleknya itu.<br /><br />Dalam pelariannya, ia bertemu
dengan ibunya. Ia pun diajak pulang dan dinasehati ia segera memohon
ampunan atas segala kesalahan sebelum-sebelumnya yang pernah
diperbuatnya, sehingga mengakibatkan musibah yang datang bertubi-tubi.
Ia pun bertobat dan terus meminta ampun kepada Allah SWT. Akhirnya,
sedikit demi sedikit ia pun dapat melepaskan diri dari berbagai musibah
yang menimpanya, dan sedikit demi sedikit pula ia telah menemukan jalan
keluarnya. Subhanallah!<br /><br />Manusia dengan segala kelemahan yang
dimilikinya, tidak akan mampu mengubah keadaan hanya mengandalkan
kemampuannya sendirinya. Namun apabila kita kembali kepada Allah SWT,
maka insya Allah, Allah SWT akan memberi jalan keluarnya.<br /><br /><i>“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”</i> (QS. 65:2)</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-12990107994548652042013-07-15T03:06:00.001-07:002013-07-15T03:07:18.395-07:00Puasa Ramadhan mengikis budaya malas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i><b>" Puasa Ramadhan mengikis budaya malas "</b></i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhknsXXmiEbcv7ovUwKNSLG2F6q7JJrb8vNDJmwhf2wOQHs4bGL1KrVbztl9aNPLxgWyZS5fHXyTAkFRFwdhDDRcCBGSc3Tcavbb5tI3qNKsZRuVhXT33mANpwao4diO3wwuxa7PTAKGAll/s1600/Foto_794.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhknsXXmiEbcv7ovUwKNSLG2F6q7JJrb8vNDJmwhf2wOQHs4bGL1KrVbztl9aNPLxgWyZS5fHXyTAkFRFwdhDDRcCBGSc3Tcavbb5tI3qNKsZRuVhXT33mANpwao4diO3wwuxa7PTAKGAll/s320/Foto_794.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir pekan ini, seluruh umat Islam dipastikan sudah menjalankan
ibadah puasa Ramadhan. Hampir seluruh umat Islam yang beriman
menjalankan ibadah di bulan penuh berkah ini. <br />
<br />
Namun, biasanya
kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid
penuh. Bukan untuk beribadah membaca al-Quran, tetapi banyak umat Islam
yang berleha-leha, tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka.<br />
<br />
Produktivitas
kerja menurun. Nuansa bermalas-malasan kentara. Seakan-akan puasa
menjadi legitimasi sebagian dari kita untuk bermalas-malasan dan
mengurangi aktivitas sepanjang menjalankan ibadah puasa. Pengurangan
aktivitas itu tentu saja berujung pada berkurangnya kreativitas. Jika
demikian terjadi maka sungguh disayangkan.<br />
<br />
Sepantasnya,
Ramadhan menjadi momentum meningkatkan produktivitas dan berkarya,
bukan bermalas-malasan.bila dihayati secara mendalam, Ramadhan seperti
madrasatun mada al-hayah (madrasah sepanjang hayat) yang berkelanjutan
mendidik dan mengedukasi generasi demi generasi setiap tahun. Ramadhan
memuat makna-makna iman pada jiwa manusia, mengilhami mereka arti agama
yang hanif, dan memantapkan kepribadian Muslim yang hakiki.<br />
<br />
Kesempatan
Ramadhan yang di dalamnya dijanjikan rahmat (karunia), maghfirah
(ampunan), dan itqun min al-nar(pembebasan dari api neraka),
sesungguhnya momentum ideal menemukan solusi banyak hal bagi umat. Puasa
yang benar dapat membangunkan hati Mukmin yang ‘tertidur’ sehingga
merasakan muraqabatullah (perasaan diawasi Allah).<br />
<br />
Dalam
sejarah Nabi Muhammad SAW, Ramadhan menjadi bulan jihad. Banyak
peristiwa bersejarah yang mencatat bahwa Ramadhan menjadi bulan jihad
umat Islam. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 hijriah, umat Islam
mengalami perang Badar. <br />
<br />
Perang ini terjadi di gurun pasir yang
melibatkan 314 muslimin melawan 1000-an orang kafir dari Makkah.
Peperangan ini adalah salah tonggak penting dalam sejarah Islam, karena
sejak itulah umat Islam memulai era peperangan secara fisik, yang
tentunya membutuhkan kemampuan yang lebih berat. Kalau mentalitas mereka
seperti umat Islam zaman sekarang yang hobi tidur siang di bulan
Ramadhan, tentunya sulit memenangkan peperangan.<br />
<br />
Dan kota Mekkah
dibebaskan juga pada bulan Ramadhan pada tahun ke-8 hijriah. Rasulullah
SAW menyiapkan tidak kurang dari 10 ribu pasukan lengkap dengan senjata
yang berjalan dari Madinah dan mengepung kota Makkah. Makkah menyerah
tanpa syarat, namun semua diampuni dan dibebaskan.<br />
<br />
Pada abad
pertengahan atau tahun 15 Hijriah terjadi perang perang Qadisiyyah
dimana orang-orang Majusi di Persia (saat ini wilayah Republik Islam
Iran) ditumbangkan. Demikiran juga pertama kali Islam menaklukkan
Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair, juga
terjadi di bulan Ramadhan tahun 92 hijriyah. dan sekian banyak kerja
keras yang lain, terjadi di bulan Ramadhan.<br />
<br />
Ramadhan seharusnya
menjadi sarana yang sangat efektif menghadirkan internalisasi nilai
kebajikan guna menghadapi berbagai tantangan yang muncul di tengah
masyarakat. Ramadhan satu bulan penuh, Muslim di-training oleh
SuperTrainer-nya, yaitu Allah SWT, Dzat yang Maha segala-galanya. Tentu
hasilnya akan juga luar biasa, bila itu dilakukan dengan penuh
keseriusan dan mendamba ridha Allah.
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, sepantasnya Ramadhan dimanfaatkan secara optimal oleh
semua unsur untuk meningkatkan kreatifitas dan karya. Sikap dan
kepribadian positif, produktif, empatik, dan menghadirkan keputusan
win-win solution adalah sosok pribadi yang lulus secara gemilang dari
madrasah Ramadhan yang penuh solusi.<br />
<br />
Perlu bagi umat untuk kembali merenungkan ungkapan terakhir dari surat al-Baqarah:183, bahwa yang mewajibkan puasa adalah<i> la’allakum tattaqun</i> dalam kata kerja mudhari yang hendaknya dimaknai agar dapat merealisasikan nilai-nilai <i>muraqabatullah</i>, ketaatan, dan kasih sayang secara terus-menerus, tidak hanya di saat bulan Ramadhan.</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-63151716608283505012013-07-15T02:53:00.001-07:002013-07-15T02:53:17.571-07:009 (sembilan) makna penting Ramadhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Inilah 9 (sembilan) makna penting Ramadhan</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieO87DfA3qul8PvDvMk68vwoOIdXQpE3asQIZiHvhFbLUyTgsHCOAOunJAXNVfAnUM518QSVJjyZB_kaRpC9ALPyiBcm2uqZ8GYVDFSJq-e7Yd50CBUVyJZ0C5Vvj_rX3QZMBkHoOOsvd4/s1600/holy_ramadan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieO87DfA3qul8PvDvMk68vwoOIdXQpE3asQIZiHvhFbLUyTgsHCOAOunJAXNVfAnUM518QSVJjyZB_kaRpC9ALPyiBcm2uqZ8GYVDFSJq-e7Yd50CBUVyJZ0C5Vvj_rX3QZMBkHoOOsvd4/s320/holy_ramadan.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari
kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat
karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat
ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah
Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.<br /><br />Selain
itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada
bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya)
untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan
dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’
ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’
sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.<br /><br />Ramadhan
yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari
perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama
melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan. <br /><br />Pertama, Syahr al-Qur’an
(bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang
lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.<br /><br />Kedua,
Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan
bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan
hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS
al-Baqarah [2]: 185).<br /><br />Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca
Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk
melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat,
Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena
Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan.
Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.<br /><br />Kelima,
Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan
pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi
yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Ke enam,
Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan
disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang
penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin<br /><br />Ketujuh,
Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam
dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan
miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling
dermawan pada bulan suci.<br /><br />Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan
kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan
berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian. <br /><br />Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.<br /><br />Jadi,
Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara
kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan
hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan
jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan
kesalehan individual serta sosial.</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-82653566177788061312013-01-28T08:39:00.000-08:002013-01-28T08:39:31.105-08:00Makna dan Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
Tanggal 12 Rabiul Awal 1434 H, bertepatan pada 24 Januari 2013 seluruh kaum muslim merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, tidak lain merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun temurun. Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
<i>Pertama,</i> dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
<i>Kedua,</i> dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.</div>
<div style="background-color: #f6f6e9; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-bottom: 15px; margin-top: 10px; text-align: justify;">
Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-74443611164297041392012-10-23T06:04:00.000-07:002012-10-23T06:04:05.170-07:00MAKNA IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
<i>Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus?</i></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Pemberian ni’mat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adl sebagian ni’mat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga ni’mat yg sangat penting. Manusia juga diberi ni’mat pangkat kedudukan jabatan dan kekuasaan. Segala yg dimiliki manusia adl ni’mat dari Allah baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula semua ni’mat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian fitnah atau bala? bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman ?<i>Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adl fitnah . Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yg besar</i>?.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Meskipun Allah memberikan ni’mat-Nya yg tak terhingga kepada manusia tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yg lain. Sehingga ada yg kaya raya cukup kaya miskin bahkan ada yang menjadi seorang papa gelandangan berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yg menjadi penguasa ada yg rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yg hanya mukmin di bibir saja.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam ni’mat harta kekayaan adl ia dgn ikhlas mengunakannya utk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yg mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga sebagaimana sabda Nabi SAW ?<i>Orang yg dapat mencapai haji yg mabrur tiada pahala yg pantas baginya selain surga</i>?. .</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yg dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adl orang yang kaya. Sedang orang yg tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yg tidak mampu maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut “<i>Hajinya orang yg tidak mampu adalah berpuasa pada hari Arafah .</i>?</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Itulah maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yg menyia-siakan kesempatan dari Allah yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah yg disebut puasa Arafah itu.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dgn pelaksanaan ibadah udhiyah yakni menyembelih hewan yang terkenal dgn hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan utk ber-udhiyah {menyembelih hewan} maka hari raya ini disebut dgn hari raya Adha wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW ?<i>Hari raya fitrah adl pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha adl pada hari manusia ber-udhiyah </i>? .</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adl ia dgn ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah baik itu berupa sapi kerbau maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan utk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh utk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan ini termasuk syiar agama yakni utk dimakan menjamu tamu diberikan kepada yg meminta atau yg tidak meminta {orang mampu}. Daging ini juga boleh disimpan utk dimakan hingga hari tasyrik . Allah berfirman ?<i>Makanlah sebagiannya dan utk memberi makan orang yg tidak meminta dan orang yg meminta</i>?. {QS. Al-Hajj 36}.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Sementara Nabi bersabda ?<i>Makanlah utk memberi makan dan simpanlah !</i>?</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Sementara itu cobaan besar terhadap sesuatu yg dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya? Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur?an ?<i>Dan ketika Ibrahim diberi cabaan oleh Tuhannya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman ?Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..</i>?. ?</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yg banyak tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dgn transparan penuh argumentasi Ilahiah.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Sedangkan Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg memancarkan keimanan tawaddu? dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dgn kekerasan utk memprotes kehendak bapaknya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim . Maka kita menyembelih hewan qurban di hari ?Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim sebagaimana sabda Nabi SAW ?<i>Sunnatu abikum Ibrahim.</i>? .</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">
?Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ?Idul Adha tersebut</div>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir Allahu akbar !</ul>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati. Bahkan HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HAT diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !</ul>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !</ul>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka?bah Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yg istita?ah tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yg sama. Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu?iyah.</ul>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor krn naik sepeda bocor. Sedang ni’mat yg berupa harta hendaknya kita ikhlas utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .</ul>
<ul style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20.46666717529297px; text-align: justify;">Sumber : file al-islam.chm</ul>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-23353252205955141962012-10-23T05:40:00.000-07:002012-10-23T05:48:49.599-07:00HAID<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i>Assalamu'alaikum Wr. Wb.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Salam sejahtera semoga Rahmat dan Maghfiroh Allah SWT selalu tercurahkan kepada kita semua sebagai hambanya, amien</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, pada posting kali ini saya akan mencoba memaparkaan tentang Haid</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan wanita, dari jenis wanita inilah manusia berkembangbiak sehingga populasi manusia bertambah banyak. Berbicara mengenai wanita, sebelum nabi Muhammad SAW dilahirkan kepermukaan bumi ini, kaum wanita tak ada nilainya dihadapan kaum laki-laki, ditindas, dan dihina. Namun setelah nabi Muhammad SAW lahir, derajat kaum wanita diangkat dan sama derajatnya dengan laki-laki, apalagi di zaman sekarang ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara mengenai wanita, tentu tak lepas dari cantik, indah, dan mempesona, namun semua itu tergantung akhlaknya. wanita juga tak lepas dari yang namanya HAID. Haid merupakan salah satu darah yang keluar dari wanita selain darah NIFAS dan darah ISTIHADHAH.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq5QT_KZUjRgctL7a_0pKJKeSe4MKjXKZPhgglOwkxcUYtS5Yf2ZUn8MmdrBi-EZV1vGjEG1I3ppIIYrb67XWMq_UqNKwyUvR-zXTHihZXO8d0gcpFTeuNj_m4y2u1nV_MIc_oPjNUy4dd/s1600/Wanita-Muslimah1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq5QT_KZUjRgctL7a_0pKJKeSe4MKjXKZPhgglOwkxcUYtS5Yf2ZUn8MmdrBi-EZV1vGjEG1I3ppIIYrb67XWMq_UqNKwyUvR-zXTHihZXO8d0gcpFTeuNj_m4y2u1nV_MIc_oPjNUy4dd/s200/Wanita-Muslimah1.jpg" width="200" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun pengertiannya adalah :</div>
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;"><i>Darah Haid </i>adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam keadaan sehat dan bukan karena melahirkan. adapun warnanya adalah kemerah-merahan dan panas.</li>
<li style="text-align: justify;"><i>Darah Nifas </i>adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita sesudah melahirkan</li>
<li style="text-align: justify;"><i>Darah Istihadhah</i> adalah darah yang keluar pada selain hari-hari haid dan nifas.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Paling sedikitnya waktu haid yaitu sehari semalam (24) jam, dan sebanyak-banyaknya 15 hari, dan pada umumnya adalah 6 atau 7 hari. Untuk waktu nifas paling sedikit adalah sekejap mata, sebanyak-banyaknya adalah 60 hari (beserta malamnya), dan pada umumnya adalah 40 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Paling sedikitnya masa suci antara dua haid yaitu 15 hari, dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Sekurang-kurangnya umur wnita yang haid adalah 9 tahun (tahun qomariyah), dan sekurang-kurangnya mas mengandung adalah 6 bulan, tunkk masa yang paling lama yaitu 4 tahun dan pada umumnya 9 bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
Adapun hal-hal yang diharamkan pada saat haid ada 8 perkara, yaitu :</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>shalat</li>
<li>puasa</li>
<li>membaca Al-Qur'an</li>
<li>menyentuh da membaca mushaf</li>
<li>masuk ke dalam masjid</li>
<li>thawaf</li>
<li>hubungan suami isteri</li>
<li>menikmati bagian tubuh dari pusar sampai dengan lutut</li>
</ol>
<div>
Haram bagi orang junub (berhadas besar) mengerjakan 5 hal :</div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>shalat </li>
<li>membaca al-Qur'an</li>
<li>menyentuh dan membawa mushaf</li>
<li>thawaf</li>
<li>berdiam di masjid</li>
</ol>
<div>
Haram pula bagi orang yang berhadast kecil mengerjakan 3 hal :</div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>shalat</li>
<li>thawaf</li>
<li>menyentuh dan membaca mushaf</li>
</ol>
<div>
<i>Wassalam</i></div>
</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-52915177970544496902012-10-19T06:18:00.000-07:002012-10-19T06:18:37.737-07:00KEUTAMAAN ILMU, ULAMA, MENGAJAR DAN BELAJAR ILMU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i>Assalamu'alaikum Wr. Wb.</i><br />
<i><br /></i>
Semoga Rahmat dan Maghfiroh Allah SWT selalu terlimpahkan kepada kita semua, amien.<br />
Pada posting kali ini saya akan mebagi ilmu tentang keutamaan ilmu, ulama, mengajar dan belajar agama, terutama belajar agama islam.<br />
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mujaadilah : 11<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">يرفع الله الذين آمنوأ منكم والذين أوتوا العلم درجات </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: '(normal text)', serif; line-height: 115%;"><i>"Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan."</i><span style="font-size: x-small;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "(normal text)","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: '(normal text)', serif; line-height: 115%;"> Maksud dari ayat di atas adalah Allah SWT akan meninggikan derajat para ulama diantara kalian semua dengan beberapa derajat karena mereka mampu menyatukan olmu dan amal sekaligus. Ibnu Abbas RA berkata, " Derajat para ulama di atas kaum mukminin (yang bukan ulama) dengan selisih 700 derajat. Sementara itu, jarak antara derajat adalah sejauh jarak tempat yang ditempuh selama 500 tahun "</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: '(normal text)', serif; line-height: 115%;">Allah SWT berfirman dalam surat Al-Imrann ayat 18 </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "(normal text)","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "(normal text)","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large; line-height: 14px;">سهد الله أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولو العلم قائما بلقسط لا إله إلا هو العزيز الحكيم </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large; line-height: 14px;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: '(normal text)', serif; line-height: 115%;"><i>"Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."</i><span style="font-size: x-small;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: '(normal text)', serif; line-height: 115%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: (normal text), serif;"><span style="line-height: 18px;"> Allah SWT memulai ayat di atas dengan menyebut Dzat-Nya sendiri, kemudian menyebut para malaikat dan yang ketiga Dia menyebut para ahli ilmu. ayat ini sudah cukup untuk menunjukkan kemulian, keutamaan, keagungan dan keluhuran para ahli ilmu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: (normal text), serif;"><span style="line-height: 18px;"> Tujuan ilmu adalah pengamalan ilmu dalam kehidupan nyata. amaliah ilmu merupakan buah ilmu, menfaat kehidupan, dan bekal untuk kehidupan akhirat. Barang siapa memperoleh ilmu, berarti dia beruntung, dan barang siapa tidak mempunyai ilmu, sesungguhnya rugi orang tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 18px;">Di bawah ini ada beberapa hadist tentang keutamaan menuntut ilmu :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="line-height: 18px;">"Barang siapa berjalan pada suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya allah SWT akan menjalankan dia pada suatu jalan dari sebagian jalan-jalan menuju surga"</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun wanita. dan orang yang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, bahkan ikan hiu di laut"</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Barang siapa pergi untuk menuntu ilmu, niscaya para malaikat akan mendoakan dan memintakan keberkahan dalam kehidupan orang tersebut"</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Barang siapa pergi ke masjid semata-mata untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkan suatu kebaikan, maka dia akan memperoleh pahala layaknya pahala haji yang sempurna"</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Pendidik dan orang yang dididik itu seperti jari-jemari ini-Rasulullah SAW menghimpun antara jari telunjuk dengan jari disampingnya-dalam hal memperoleh pahala yang sama, dan tidak ada kebaikan (yang lebih utama) pada manusia lain setelahnya."</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Jadilah engkau sebagai orang alim, orang yang belajar, orang yang mendengar, atau orang yang menggemari mereka, dan janganlah engkau menjadi orang kelima (orang yang tidak mau melakukan empat hal di atas), karna engkau rusak."</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Jika kalian semua melihat pertamanan surga, maka datangilah! Kemudian Nabi SAW ditanya, "Wahai Rasulullah, Apa yang dimaksud dengan pertamanan surga?" Beliau menjawab : yaitu Majlis Dzikir"</span></li>
<li><span style="line-height: 18px;">"Ada tiga orang yang bisa memberi syafaat pada hari kiamat : para Nabi, para Ulama dan para syuhada"</span></li>
</ol>
<div>
<span style="line-height: 18px;"> Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dzar RA, terdapat keterangan bahwasannya mendatangi majelis dzikir (ilmu) lebih utama dari pada shalat 1000 rakaat, berta'ziyah pada seribu jenazah maupun menjenguk seribu orang yang sakit. Sayyidina Umar bin Khatab RA berkata : <i><span style="color: blue;">Sesungguhnya seorang laki-laki keluar rumah dalam keadaan memikul dosa seberat gunung-gunung di Tihamah. kemudian dia mendengar (pengajian) orang alim, lalu dia merasa takut dan memohon dosa-dosanya dicabut (oleh Allah SWT), maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak ada dosa pada dirinya. Jadi, janganlah kalian mengabaikan majelis-majelis para ulama, karena sesunggunhya allah SWT tidak menciptakan sejengkal tanah pun di permukaan bumi ini yang lebih mulia daripada mejelis-majelis para ulama.</span></i></span></div>
<div>
<span style="line-height: 18px;"> Ibnu 'az-Zabir berkata : " Abu Bakar RA pernah berkirim surat kepadaku pada saat saya sedang berada di Irak. isi surat tersebut adalah <i><span style="color: blue;">" Wahai buah hatiku, hendaklah engkau senantiasa menuntut ilmu, sesungguhnya jika engkau dalam keadaan fakir, maka ilmu itu akan membantumu kaya ( tidak buth sesuatu yang lainnya ), dan jika engkau kaya, ilmu akan menjadi penghias dirimu. "</span></i></span></div>
<div>
<span style="line-height: 18px;"><i><span style="color: blue;"><br /></span></i></span></div>
<div>
<span style="line-height: 18px;">Demikianlah posting saya kali ini, moga dengan sedikit penjelasan di atas, kita semakin giat menuntut ilmu dan belajar dengan baik, karena semua itu merupakan kewajiban dari Allah SWT sampai kita menutup mata, amien Yaa Robbal 'alamien.</span></div>
<div>
<span style="line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div>
<span style="line-height: 18px;"><i>Wassalam</i></span></div>
<br />
<br />
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-40440127961113630672012-10-16T08:35:00.003-07:002012-10-16T08:35:55.883-07:00BAGI WARIS DAN WASIAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i>Asslamu'alaikum Wr. Wb.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semoga Rahmat dan Maghfiroh Allah selalu mengiringi disetiap langkah dan hembusan nafas kita, amien.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, pada posting kali ini, saya akan mencoba menshare mengenai bagi waris dan wasiat. karena kita sebagai umat islam harus tahu bagaimana sistem bagi waris dalam islam yang terkadang menimbulkan masalah bahkan perpecahan dalam anggota keluarga. langsung saja deeeech.</div>
<br />
<i><span style="background-color: yellow; color: blue;">Ahli waris dari laki-laki ada 10, yaitu :</span></i><br />
<div style="text-align: left;">
</div>
<ol style="text-align: left;">
<li>anak laki-laki</li>
<li>cucu laki-laki (dari anak laki-laki) ke bawah</li>
<li>ayah</li>
<li>nenek laki-laki ke atas</li>
<li>saudara laki-laki</li>
<li>keponakanlaki-laki )anak dari kakak/adik laki-laki) ke bawah</li>
<li>saudara dari ayah</li>
<li>putra dari saudara ayah sekalipun jauh</li>
<li>suami</li>
<li style="text-align: center;">tuan yang telah memerdekakan hamba xahayanya.</li>
</ol>
<div>
<span style="color: blue;"><i style="background-color: yellow;">Ahli waris dari golongan perempuan ada 7, yaitu :</i></span></div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>anak perempuan</li>
<li>cucu perempuan (dari laki-laki)</li>
<li>ibu</li>
<li>nenek perempuan</li>
<li>kakak/adik perempuan</li>
<li>istri</li>
<li>tuan perempuan yang telah memerdekakan hamba xahayanya.</li>
</ol>
<div>
<span style="color: blue;"><i style="background-color: yellow;">Orang yang tidak gugur harta warisannya dalam keadaan bagaimana pun ada 5, yaitu :</i></span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>suami</li>
<li>isteri </li>
<li>ayah</li>
<li>ibu</li>
<li>anak sendiri (laki-laki/perempuan)</li>
</ol>
<div>
<span style="color: blue;"><i style="background-color: yellow;">Orang yang tidak dapat mendapat warisan ada 7, yaitu :</i></span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">hamba sahaya (laki-laki/perempuan)</li>
<li style="text-align: justify;">hamba sahaya mudabar (hamba sahaya yang dianggupi akan dimerdekakan bila tuannya telah meninggal dunia)</li>
<li style="text-align: justify;">ummul walad (hamba sahaya perempuan yang mempunyai anak dari tuannya)</li>
<li style="text-align: justify;">hamba sahaya mukatab (hamba sahaya yang sedang mengangsur menebus dirinya untuk merdeka)</li>
<li style="text-align: justify;">pembuanuh si mayat</li>
<li style="text-align: justify;">orang yang murtad atau keluar dari islam</li>
<li style="text-align: justify;">pemeluk dua agama yang berlaianan.</li>
</ol>
<div>
<span style="background-color: yellow;"><i>Ashobah</i> (penerima bagian tidak tetap) yang terdeka adalah :</span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>anak laki-laki</li>
<li>cucu laki-laki )dari anak laki-laki)</li>
<li>ayah</li>
<li>kakek</li>
<li>saudara seayah dan seibu</li>
<li>saudara seayah</li>
<li>putra saudara seayah dan seibu</li>
<li>putra saudara seayah</li>
<li>paman (saudara ayah) secara urutan di atas ini</li>
<li>putra dari paman.</li>
</ol>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Adapun bagian-bagian yang disebut dalam kitab Suci Allah ada 6, yaitu :</span></div>
</div>
<div>
<ul style="text-align: left;">
<li>seperdua atau setengah (1/2)</li>
<li>seperempat (1/4)</li>
<li>seperdelapan (1/8)</li>
<li>dua pertiga (2/3)</li>
<li>sepertiga (1/3)</li>
<li>seperenam (1/6)</li>
</ul>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Bagian seperdua itu adalah bagian untuk 5 orang di bawah ini :</span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>anak perempuan</li>
<li>cucu perempuan (dari anak laki-laki)</li>
<li>saudari seayah/seibu</li>
<li>saudari seayah</li>
<li>suami jika tidak anak laki-laki (atau anak perempuan si mayat)</li>
</ol>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Bagian seperempat adalah bagian untuk 2 orang di bawah ini :</span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">suami yang bersama anak laki-laki/perempuan atau bersama cucu laki-laki/cucu perempuan dari anak laki-laki</li>
<li style="text-align: justify;">seorang istri dan untu beberapa orang istri (2-4) yang tak bersama (jika ada) anak lakaudari seibui-laki/ perempuan dari anak laki-laki si mayat</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #bf9000;">Seperdelapan </span>adalah bagian untuk seorang istri dan untuk beberapa orang istri (2-4) yang bersama anak (ada anak laki-laki/perempuan) atau cucu laki-laki/perempuan dari anak laki-laki si mayat.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Duapertiga adalah bagian untuk (tiap golongan dari) empat (golongan) :</span></div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li>dua orang anak perempuan (atau lebih)</li>
<li>dua orang cucu perempauan (dari anak laki-laki, atau lebih)</li>
<li>dua orang saudara seayah/seibu (atau lebih)</li>
<li>dua orang saudari seayah (atau lebih)</li>
</ol>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Sepertiga adalah bagian utnuk (tiap-tiap dari) dua orang (di bawah ini ) :</span></div>
<ol style="text-align: left;">
<li>ibu jika tidak tertutup</li>
<li>dan sepertiga tersebut adalah bagian untuk dua orang atau lebih saudara/saudari seibu.</li>
</ol>
<div>
<span style="background-color: yellow;">Seperenam itu adalah bagian untuk (tiap orang dari ) 7 orang di bawah ini :</span></div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">ibu yang beserta anak (laki-laki/perempuan dari anak laki-laki) atau yang beserta dua orang atau lebih saudara dai si mayat.</li>
<li style="text-align: justify;">nenek (seorang atau lebih) ketika tidak ada ibu si mayat</li>
<li style="text-align: justify;">cucu perempuan (dari anak laki-laki) yang beserta anak perempuan si mayat sendiri</li>
<li style="text-align: justify;">seperenam itu juga untuk saurai seayah yang beserta (ada) saudari seayah/seibu</li>
<li style="text-align: justify;">seperenam tersebu adalah bagian untuk ayah yang beserta anak (laki-laki/perempuan) si mayat atau yang beserta cucu (laki-laki/perempuan, dari anak laki-laki) si mayat</li>
<li style="text-align: justify;">bagian untuk kakek ketika tidak ada ayah si mayat</li>
<li style="text-align: justify;">seperenam tersebut adalah bagian utnuk seorang saudara/saudari seibu.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah posting saya kali ini, semoga bermanfaat dan dapat membagi warisan sesuai dengan ajaran atau pun kaidah-kaidah yang sudah diatur dalam islam, amien</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>wassalam</i></div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-43977461133953320312012-10-15T09:24:00.000-07:002012-10-15T09:24:58.142-07:00Thaharoh dan Wudhu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i>Assalamu'alaikum Wr. Wb.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semoga Rahmat dan Maghfiroh Allah selalu dilimpahkan kepada kita semua, amien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: blue;">Thaharoh (bersuci)</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan kali ini, saya akan coba membagi pengetahuan tentang thaharoh atau bersuci. Thaharoh adalah membersihkan badan atau anggota badan kita dari kotoran atau najis. sudah barang tentu yang menjadi alat membersihkan kotoran adalah air.</div>
<div style="text-align: justify;">
Air yang boleh digunakan untuk bersuci ada 7 macam, yaitu :</div>
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">air langit (air hujan)</li>
<li style="text-align: justify;">air laut</li>
<li style="text-align: justify;">air sungai</li>
<li style="text-align: justify;">air sumur</li>
<li style="text-align: justify;">air sumber (mata air)</li>
<li style="text-align: justify;">air salju (es)</li>
<li style="text-align: justify;">air embun</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian air itu dibagi menjadi empat (4) bagian, yaitu sebagai berikut :</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">air suci lagi menyucikan yang tidak makruh, yaitu air murni</li>
<li style="text-align: justify;">air suci lagi menyucikan yang makruh penggunaanya, yaitu air yang terkena panas terik matahari</li>
<li style="text-align: justify;">air suci dan tidak menyucikan, yaitu air musta'mal (air yang sudah terpakai) dan air yang berubah sebab dicampuri benda-benda suci lainnya.</li>
<li style="text-align: justify;">air najis, yaitu air yang terkena najis, sedangkan air itu kurang dari dua qulah atau ada dua qullah tetapi berubah (karena najis tersebut). dua qullah itu kurang lebih 500 kati baghdad menurut pendapat qaul) yang paling shahih.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: blue;">Wudhu</span></i></b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
berwudhu adalah syarat sah tidaknya shalat kita, kalau berwudhunya sudah baik dan benar, baik tata caranya maupun bacaanya dalam setiap gerakan, insya allah shalat kita sah, asalkan rukun dan syarat dalam melaksanakan shalat juga dilaksanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
adapun fardhu wudhu ada 6 yaitu :</div>
<div>
<ol style="text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL7TagZ_31JTKn1EwvnXPNXotMqFptTF7i3wcFUgZv73JcDENABPoSOGMd7BuG7jlqZDSbC2UmMJPmk6qqfbM0dmOs-MdegMp2GGSOJyfoxshyplrLUGSbh4cV2kc2d2MtzojfRE9zFRU7/s1600/06022011_012.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL7TagZ_31JTKn1EwvnXPNXotMqFptTF7i3wcFUgZv73JcDENABPoSOGMd7BuG7jlqZDSbC2UmMJPmk6qqfbM0dmOs-MdegMp2GGSOJyfoxshyplrLUGSbh4cV2kc2d2MtzojfRE9zFRU7/s200/06022011_012.jpg" width="200" /></a>
<li style="text-align: justify;">niat waktu membasuh muka</li>
<li style="text-align: justify;">membasuh muka</li>
<li style="text-align: justify;">membasuh kedua tangan sampai kedua siku</li>
<li style="text-align: justify;">mengusap sebagian kepala</li>
<li style="text-align: justify;">membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki, dan</li>
<li style="text-align: justify;">tertib sesuai apa yang telah disebutkan (dari no. 1 hingga 6)</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
adapun sunnah wudhu itu ada 10 perkara, yaitu :</div>
</div>
<div>
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">membaca <i>Bismillahirrohmaanirrohim</i></li>
<li style="text-align: justify;">mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam bejana air</li>
<li style="text-align: justify;">berkumur dan menghirup air (dengan ) hidung</li>
<li style="text-align: justify;">mengusap seluruj kepala</li>
<li style="text-align: justify;">mengusap kedua telinga luar dan dalam denan air yang baru</li>
<li style="text-align: justify;">menyela-nyela (mengusap sela-sela rambut)jenggot yang tebal</li>
<li style="text-align: justify;">menyela-nyela jari kedua tangan dan kaki</li>
<li style="text-align: justify;">mendahulukan yang kanan dan mengakhiri yang kiri</li>
<li style="text-align: justify;">mencuci setiap anggota wudhu sebanyak tiga kali</li>
<li style="text-align: justify;">bersambung (dari no. 1 sampai no 6 fardhunya wudhu) tanpa berhenti</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
sampai disini dulu posting saya kali ini, semoga kita dapat melaksanakan wudhu dengan baik dan benar, semoga bermanfaat buat kita semua, amien</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
wassalam</div>
</div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-43697518533210583132012-10-12T11:34:00.000-07:002012-10-12T12:01:56.719-07:00Muhasabah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: large;">Bismillahirrohmaanirrohiim</span></div>
<br />
<i>Assalamu'alaikum Wr. Wb.</i><br />
<i><br /></i>
<br />
<div dir="rtl" style="background-color: white; font-family: Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4em; margin-bottom: 1.5em; padding: 0px; text-align: center;">
<span class="arab16-bold-judul" style="color: red; float: right; font-family: 'Traditional Arabic'; font-size: 16pt; font-weight: bold; line-height: 21px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">الأعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر الإخلاص فيها</span></div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; font-family: Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4em; margin-bottom: 1.5em; padding: 0px; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4em; margin-bottom: 1.5em; padding: 0px; text-align: center;">
<em style="margin: 0px; padding: 0px;">"Amal-amal yang dhohir itu ibarat gambaran-gambaran yang berdiri, sedangkan ruhnya adalah wujudnya ikhlas di dalamnya"</em></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, Saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan berbagai nikmatNya kepada kita semua, terutama nikmat iman wal islam, yang semoga pada akhirnya kita tergolong sebagai hambaNya yang beruntung dan memasuki surgaNya Allah SWT.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggbf1ifakDuH6nXfeH_darx5_aTg532iaSE0hYZwWEzGEhZV9lF-DJEIu8QZQIsZ7CtUA31UoJTj262h1tolnVZa5agxiroqFnRhZeGGXGbP4eL41PCqPXdWXEZfJmNnq6CP0Q88GpgnHA/s1600/Foto_802.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggbf1ifakDuH6nXfeH_darx5_aTg532iaSE0hYZwWEzGEhZV9lF-DJEIu8QZQIsZ7CtUA31UoJTj262h1tolnVZa5agxiroqFnRhZeGGXGbP4eL41PCqPXdWXEZfJmNnq6CP0Q88GpgnHA/s200/Foto_802.jpg" width="150" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada posting kali ini, marilah kita tafakur sejenak, berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, dari bangun tidur sampai tidur lagi, pasti kita tidak akan sanggup dan bisa menghitungnya,,,,, </div>
<div style="text-align: justify;">
oleh karena itu, marilah kita selalu bersyukur atas limpahan karunia yang Allah berikan kepada kita semua, </div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berjanji dalam al-qur'anul karim, yang artinya <i>"Barang siapa yang bersyukur atas nikmatKU, pasti akan aku tambah nikmat itu, dan barang siapa yang kufur atas nikmatKU, sesungguhnya azabKU sangat pedih".</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman Allah tersebut adalah, bahwa Allah akan memudahkan dan menambahkan rezeqi kepada kita kalau kita pandai mensyukurinya, rezeqi itu bukan hanya berupa materi saja, akan tetapi kesehatan juga salah satu nikmat yang harus kita syukuri. Akan tetapi sebaliknya,,,, kalau kita tidak pandai bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita,,, tentunya balasannya adalah azab Allah telah menanti kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga kita menjadi hamba-hamba allah yang pandai dan selalu mensyukuri nikmatNya. amien yaa robbal 'alamien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i>Wassalam</i></div>
Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1044185123281949692.post-68728001684210067072011-12-19T04:48:00.000-08:002011-12-19T04:48:53.194-08:00Save our Earth<div style="text-align: justify;"> Sebagai bahan renungan untuk kita semua, semoga video ini menjadikan kita lebih dekat kepada Sang Pencipta alam. Dengan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya selagi kita masih diberikan kesempatan hidup di dunia ini. jikalau ajal tlah sampai kepada kita, maka habislah kesempatan kita dan tidak akan ada yang menolong kecuali 3 (tiga) faktor : </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>1</i>. <i>Shodaqoh Zariyah</i></div><div style="text-align: justify;"><i>2</i>. <i>Ilmu yang bermanfaat</i></div><div style="text-align: justify;"><i>3</i>. <i>Anak yang sholeh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya.</i></div><div style="text-align: justify;">Lantas apa hubungannya dengan ilmu geografi..??????</div><div style="text-align: justify;"> Geografi berkaitan dengan bumi dan isinya, isi bumi salah satunya adalah manusia. Manusia diberikan kebebasan oleh sang pencipta untuk menggunakan dan mengolah bumi ini untuk digunakan sebaik-baiknya. Jikalau benar mengolah dan menggunakannya, tentu hasilnya akan lebih baik. dan jika sebaliknya,, tentu akhirnya manusia yang akan merugi walau pun yang melakukannya hanya segelintir atau sekelompok orang.</div><div style="text-align: justify;">Jadi intinya adalah,,, berpikir positif dan peduli dengan sesama, tentu akan lebih baik jika hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain.Jagalah bumi kita, mulai dari DIRI KITA sendiri, dan mulai dari SEKARANG.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyAOrWT5XhXZsGjeITT2UEESO_5gGH0ow1jSTZzxRHVZnPogNgP_EtTdOpkmRnLdoX6KoWpZoLkJqlHQBE6OA' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>Desiyanto Al-Faqirhttp://www.blogger.com/profile/08039666626842390733noreply@blogger.com0